Komunikasi Produktif dengan Anak
Today is about Ghaifan.
![]() |
| Sesaat sebelum Ghaifan terjatuh, pas suami ambil foto. |
Today is about Ghaifan.
Cuaca yang cerah siang ini disambut gembira oleh anak-anak, terutama Ghaifan. Dia meminta ayahnya untuk bersepeda. Anak ini memang sangat suka aktivitas motorik kasar, terutama sport. Dan di antara aktivitas favorit keluarga kami selain hiking adalah cycling atau bersepeda. Kebetulan hari ini kami memang punya agenda untuk silaturrahim ke rumah salah satu sahabat asal Pakistan yang mengundang kami makan siang bersama di rumahnya. Jadi, tanpa pikir panjang lagi, ayahnya langsung mengiyakan permintaan Ghaifan.
Bagi kami, aktivitas hiking, trekking, dan cycling ini bukan hanya melatih kekuatan fisik, tapi juga mental dan kemandirian anak-anak. Mulai dari sebelum berangkat kami mengingatkan dos and don'ts saat di perjalanan, termasuk bagaimana jika kita menghadapi situasi sulit atau ada kejadian yang tak terduga. Sudah pasti, peralatan P3K selalu siap sedia di tas kami.
Saat di perjalanan tadi, Ghaifan sempat terjatuh. Saya yang berada paling belakang tidak melihat dengan jelas apa yang menyebabkan dia terjatuh. Seketika kami semua menghentikan sepeda kami. Suami yang berada paling depan turun dari sepedanya dan menghampiri Ghaifan.
Ayah (A): "Are you ok, Ghaifan?"
Ghaifan (G): "Yeah, i'm ok."
A: "Are you hurt somewhere?"
G: "No.. No.. I'm fine!"
A: "Good!"
Alhamdulillah.. Tidak ada drama seperti sebelum-sebelumnya. Memangnya biasanya gimana?
Ghaifan ini kadang masih sulit mengungkapkan sesuatu dan emosinya cenderung lebih labil. Kadang saat dia mengalami kesulitan, dia bisa kesal berlebihan, dan mencari pelampiasan. Beberapa kali bahkan dia mencari kambing hitam atas kekesalannya. Dan itu yang saya khawatirkan saat dia terjatuh tadi. Khawatir dia menyalahkan Ghaidan yang ada di belakangnya, atau justru ayahnya yang di depannya. Kalau itu terjadi, terbayang sudah moodnya yang rusak akan membuat suasana jadi gak enak di rumah sahabat kami nanti.
Kami pun memuji Ghaifan atas kejadian ini. Pujian karena dia mampu mengendalikan emosi. Juga karena dia mau bangkit lagi setelah terjatuh.
Silaturrahim kami berlangsung lancar. Dan kami pun pulang menjelang petang. Anak-anak kooperatif, tidak ada yang rewel. Mereka asik bermain bersama anak sahabat kami yang memang seusia dengan si kembar. Waktunya pulang, meskipun masih asik bermain, mereka tidak menunggu sampai kami panggil berkali-kali. Mungkin karena mereka juga sudah ingin bersepeda lagi.
Hari yang menyenangkan sekaligus melelahkan tentunya. Karena terakhir kami bersepeda itu sudah beberapa minggu yang lalu saat cuaca sempat cerah dan hangat di awal musim semi. Setelah itu cuaca naik turun bahkan sempat drop lagi.
Di rumah, selesai makan malam, anak-anak ingin main board game sebentar. Saya pun mengizinkan. Tapi mungkin karena semua sudah lelah, emosi pun jadi labil. Ghaifan yang kalah di putaran pertama jadi emosi. Saya mencoba memberi pengertian dan mengingatkan lagi bahwa kalah itu biasa dalam sebuah permainan. Bahkan dalam hidup, kita tidak selalu bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Sesekali kita kecewa, tapi kita belajar untuk memperbaiki kesalahan dan berusaha untuk bangkit, menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Ghaifan terlihat sedih. Saya tawarkan untuk bermain lagi. Kali ini saya ikut serta. Dan di putaran kali ini dia menang, saya di posisi kedua, dan Ghaidan posisi ketiga (kalah). Ghaifan pun merasa senang. Tapi dia pun belajar dengan melihat reaksi Ghaidan yang tidak marah atau kesal sama sekali meskipun dia kalah. Saya bilang pada Ghaifan bahwa dia pun bisa seperti Ghaidan, hanya saja mungkin dia sedang lelah jadi lupa.
Insyaa Allah.. Kita sama-sama belajar terus untuk mengendalikan emosi ya, Nak. Belajar juga untuk selalu berusaha bangkit setiap kita terjatuh.
#hari11 #gamelevel1 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbundasayang #institutibuprofesional





No comments:
Post a Comment