Melatih Kemandirian Anak
![]() |
| "Bunda, look, i make a heart!" |
Seperti pekan lalu, hari Selasa adalah jadwal kursus berenang Athifa. Dia sudah lebih berani dan mandiri meskipun tanpa kedua abangnya. Sejak pagi dia sangat bersemangat pergi ke sekolah karena tahu bahwa hari ini hari spesial buatnya.
Siang hari saat saya jemput ke sekolah, anak-anak masih belum mulai puasa. Kebetulan hari Selasa memang mereka tidak ikut after school care. Saya sengaja mengosongkan jadwal mereka di hari Selasa untuk bisa mengikuti kursus berenang.
Karena mereka pulang sekolah siang hari, artinya mereka makan siang di rumah. Di hari lain jika mereka ikut after school care, maka mereka makan siang di sekolah.
Sampai di rumah, anak-anak segera makan siang agar bisa mulai puasa setelahnya. Tidak lupa mereka menyimpan perlengkapan sekolah, mengganti baju, serta mencuci tangan dan kaki dulu. Semuanya sudah biasa mereka lakukan sendiri tanpa harus saya paksa-paksa lagi. Paling saya ingatkan sesekali kalau mereka keasyikan ngobrol.
Tahun ini kami memang masih belum bisa benar-benar melatih anak-anak puasa penuh. Selain waktu puasa yang masih cukup panjang, kondisi lingkungan yang kurang mendukung di sekolah masih jadi tantangan cukup besar buat mereka. Berbeda dengan saya dan suami yang menghabiskan masa kecil di Indonesia, dimana lingkungan Islami sangat mendukung untuk kita bisa melaksanakan ibadah tanpa rasa minder atau dipandang aneh oleh sekitar.
Tapi saya sangat bersyukur karena semangat anak-anak untuk belajar puasa di tahun ini sangat meningkat. Sudah tiga hari ini mereka bisa mencapai target untuk menahan lapar dan haus hingga Maghrib tiba. Tidak hanya itu, mereka juga semangat untuk shalat berjama'ah, hafalan surat-surat pendek dan do'a harian, serta menamatkan buku Iqra-nya. Insya Allah terus semangat, ya.
Selesai makan siang, saya meminta Athifa bersiap-siap untuk kursus berenang. Dia mengambil dan memakai baju renang sendiri tanpa bantuan saya. Keluar dari kamar sudah rapi dengan bajunya. Saya sengaja memintanya memakai baju renang di rumah agar lebih praktis, tidak perlu ganti lagi di tempat berenang nanti. Tinggal lepas baju (luar) saja.
Di perjalanan menuju tempat kursus, tiba-tiba Athifa bertanya sesuatu.
"Bunda, what if i'm hungry after swimm course? You know, i always want to eat after swimm. It makes me sooo tired," tanya Athifa khawatir.
"Kalau Athifa gak kuat, gak apa-apa kalau mau buka puasa nanti. Kan masih belajar," jawab saya.
"But i still want to puasa. I want to get so many points." Athifa terlihat sedih.
"Ya udah kita lihat nanti ya, kalau Athifa kuat boleh banget diterusin puasanya. Tapi kalau gak kuat ya gak apa-apa nanti buka aja."
Setelah siap dengan baju renangnya, Athifa menunggu para coach datang di pintu ruang ganti. Saya hanya tersenyum melihatnya yang masih tampak kahawatir, memikirkan tentang puasanya.
![]() |
| Menunggu coach datang |
Setelah berenang, Athifa langsung ke ruang ganti. Saya menyambutnya dengan handuk terbuka 😄 Selesai ganti baju, kami ke luar dari ruang ganti dan mengeringkan rambut Athifa di bawah hair dryer yang sudah disediakan di sana.
"Bunda... I'm hungry," katanya pelan.
"Mau buka puasa?" tanya saya.
"Mhh... Maybe, yes," jawabnya masih dengan suara pelan.
Akhirnya kami pergi ke minimarket terdekat dari halte sebelum pulang karena saya tidak membawa makanan. Di perjalanan, saya mencoba menghiburnya lagi. Saya jelaskan bahwa dia sudah sangat hebat mau belajar puasa. Hari ini belajar puasanya tidak selesai karena memang ada uzur. Tapi insya Allah tetap dapat pahala dari Allah.
Athifa kembali ceria. Dia semangat lagi mau melanjutkan belajar puasa seterusnya.
"Can i still get the stamp, Bunda?", tanya dia sambil nyengir 😁
"Hmm... ok!"
"Yeayy!!" Athifa lompat-lompat kegirangan.
![]() |
| Happy 😀 |
Ok. Karena hari ini bisa dibilang uzur, bukan atas keinginannya membatalkan puasanya, jadi dia masih boleh dapat stempel. Semoga dengan begitu, semangatnya bisa terus meningkat. Aamiin...
![]() |
| Tetep dapet stempel 😄 |
Di rumah, sesuai kesepakatan kami saat di perjalanan pulang, Athifa tidak boleh makan atau minum di depan abang. Dia harus bisa menghargai kedua abangnya yang masih melanjutkan puasanya. Dan Athifa pun setuju.
Karena sudah batal puasanya, Athifa jadi lebih segar. Hehehe... Dia menghampiri saya yang sedang sibuk masak di dapur. Dan dia pun menawarkan diri untuk membantu. Kebetulan saya sedang memasak menu favoritnya, sayur lodeh tempa.
"Wow, yummyyy!!" seru Athifa sambil mengaduk-aduk sayur lodeh di panci.
Sayangnya moment ini pun tidak sempat saya foto, karena tangan saya kotor, sibuk memasak, dan HP entah ada di mana 😅
#hari12 #gamelevel2 #tantangan10hari #melatihkemandirian #kuliahbundasayang #institutibuprofesional






No comments:
Post a Comment