Melatih Kemandirian Anak
Hari pertama Ramadhan kemarin diawali dengan semangat dan antusias dari anak-anak. Walaupun masih belajar puasa, tapi semangatnya sudah luar biasa. Awal yang sangat baik. Mudah-mudahan makin bertambah setiap harinya.
Pagi-pagi mereka masih sarapan. Athifa langsung inisiatif menyiapkan sarapannya sendiri. Seperti biasa, cereal dan susu. Bahkan dia juga menyiapkan untuk abang-abangnya. Tapi saya minta dia untuk membiarkan abangnya menuang susu sendiri ke dalam mangkuk. Biar abang juga belajar untuk tidak terbiasa dilayani.
Saat berangkat sekolah, mereka mengulang lagi rule tentang puasa ini. Athifa dengan tegas bilang bahwa nanti waktunya makan siang di sekolah dia akan makan dan minum yang banyak. Setelah itu stop makan dan minum hingga Maghrib tiba, yaitu sekitar jam 20.21 nanti.
Cuaca kemarin sangat tak bersahabat. Pekan lalu cuaca sangat cerah, bahkan kami sempat trekking karena suhu saat itu pun sudah sangat hangat. Tapi tiba-tiba suhu kembali turun. Disertai angin yang sangat kencang dan langit tertutup oleh awan. Rasanya seperti kembali ke winter. Dingin...
Saya jadi teringat masa-masa winter yang dingin itu. Meski cuaca tak bersahabat, harus pakai baju berlapis-lapis serta jaket tebal, anak-anak tetap semangat pergi ke sekolah.
Suami yang kebetulan sedang di perjalanan menuju Vienna naik kereta sempat mengirim foto via Whatsapp pada saya. Di foto itu terlihat salju tipis lumayan menumpuk di salah satu stasiun yang dilewati. What?! Salju di bulan Mei??
![]() |
Pemandangan di stasiun descriptionMürzzuschlag dari dalam kereta |
Saat saya jemput anak-anak sore hari, saya lihat Ghaidan mulai terlihat lemas. Dia mengeluh sesekali. Haus katanya. Tapi lalu saya ingatkan tentang belajar puasa. Dan saya bilang kalau memang mau batal puasanya, ya silakan. Tapi dia tidak mau membatalkan puasanya.
Lain halnya dengan Athifa. Dia terlihat masih sangat berenergi dan aktif. Bahkan saat kami sudah sampai di Garderobe dan ternyata Ghaidan baru ingat bahwa buku-bukunya yang dia pinjam dari Bücherbus (bus buku) tertinggal di atas, Athifa mau mengambilkannya. Sementara Ghaidan hanya duduk menunggu di tangga 😒
Bücherbus ini adalah salah satu program dari Stadtbibliothek (perpustakaan kota) Graz untuk semakin meningkatkan minat baca siswa. Bus ini berkeliling ke tiap sekolah sesuai jadwal yang sudah dibuat oleh pihak perpustakaan. Siswa yang kedatangan bus buku ini boleh meminjam buku apa saja yang mereka suka dan dikembalikan pada saat jadwal bus buku datang berikutnya, atau dikembalikan ke perpustakaan (milik pemerintah) mana saja yang ada di kota Graz.
Siswa yang ingin meminjam buku harus membuat kartu perpustakaan terlebih dahulu. Biaya pembuatan kartu ini gratis untuk anak usia sekolah dan berlaku hingga mereka lulus sekolah. Kartu ini bisa digunakan di seluruh perpustakaan kota Graz.
Bücherbus ini adalah salah satu program dari Stadtbibliothek (perpustakaan kota) Graz untuk semakin meningkatkan minat baca siswa. Bus ini berkeliling ke tiap sekolah sesuai jadwal yang sudah dibuat oleh pihak perpustakaan. Siswa yang kedatangan bus buku ini boleh meminjam buku apa saja yang mereka suka dan dikembalikan pada saat jadwal bus buku datang berikutnya, atau dikembalikan ke perpustakaan (milik pemerintah) mana saja yang ada di kota Graz.
Siswa yang ingin meminjam buku harus membuat kartu perpustakaan terlebih dahulu. Biaya pembuatan kartu ini gratis untuk anak usia sekolah dan berlaku hingga mereka lulus sekolah. Kartu ini bisa digunakan di seluruh perpustakaan kota Graz.
Sebetulnya Athifa pun sempat mengeluh lapar pada saya. Tapi semangatnya mengalahkan rasa laparnya. Dia masih semangat meneruskan puasanya.
"Bunda, i'm hungry," keluh Athifa pada saya di perjalanan pulang.
"Tapi kan lagi puasa, ya?" Saya bertanya balik padanya.
"Yes, i know. I'm hungry because the weather is really cold. You know, Bunda? Cold always makes me hungry," jelasnya dengan gaya khasnya yang lucu.
"Iya, ya? Trus gimana, dong? Athifa mau terus puasa atau mau makan sekarang aja?" tanya saya lagi.
"No... no... I still want to puasa! I ate two portions at lunch today so i still have enough energies."
Saya pun tertawa geli mendengar celotehan Athifa.
Kebetulan kemarin adalah Movie Day. Jadi ada pengalih perhatian buat mereka. Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, mereka punya jadwal nonton 3 kali sepekan. Jadwal ini kami sepakati bersama. Mereka sendiri yang memilih harinya, yaitu Senin, Rabu, dan Jum'at. Walau pada pelaksanaannya kadang harinya bisa bergeser tergantung situasi dan kondisi. Tapi yang jelas "jatah" nonton mereka tetap 3 kali sepekan.
Alhamdulillah mereka berhasil menamatkan puasanya hingga Maghrib tiba. Saya memanggil Athifa agar membantu saya menyiapkan hidangan berbuka di meja makan. Dia pun dengan semangat membantu.
Saya sudah menyiapkan hidangan khusus favorit mereka sebagai takjil, yaitu puding cokelat dan pancake. Mereka melahapnya dengan nikmat. Semakin terasa nikmat karena sudah berpuasa. Ini adalah salah satu kenikmatan orang berpuasa, yaitu saat berbuka puasa 😊
Saya sudah menyiapkan hidangan khusus favorit mereka sebagai takjil, yaitu puding cokelat dan pancake. Mereka melahapnya dengan nikmat. Semakin terasa nikmat karena sudah berpuasa. Ini adalah salah satu kenikmatan orang berpuasa, yaitu saat berbuka puasa 😊
"Thank you for the pudding and pancake, Bunda!" seru anak-anak.
"You're welcome. Besok mau puasa lagi?" tanya saya.
"Mauuu...!" jawab mereka serempak.
![]() |
| Lembar stempel Ramadhan ditempel di dinding ruang baca/main |
![]() |
| Lembar stempel Ramadhan milik Athifa, Alhamdulillah sudah terisi 1 kolom 😍 |
Hari pertama Ramadhan tahun ini mereka mendapatkan stempel dari saya. Good job, kids! ❤
#hari11 #gamelevel2 #tantangan10hari #melatihkemandirian #kuliahbundasayang #institutibuprofesional







No comments:
Post a Comment