15 hari menjalankan tantangan level 2 "Melatih Kemandirian" dari kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya dan keluarga. Iya, bukan hanya bagi Athifa yang memang menjadi tokoh utama dalam periode tantangan kali ini, namun juga bagi seluruh keluarga. Karena hasil dari latihan kemandirian pad Athifa ini ternyata berpengaruh pada kedua abangnya, dan tentunya saya dan suami pun mendapat bonus tambahan, yaitu rasa syukur yang berlipat-lipat rasanya melihat anak-anak kami yang semakin mandiri.
Jika berbicara tentang sempurna, tentu masih banyak hal yang perlu terus dilatih lagi. Namun bukan hanya hasil yang menjadi target utama dari latihan ini, melainkan proses yang bisa kami jalankan bersama. Kami berproses, memperbaiki diri, dan mengejar cita-cita mulia bersama. Selama berproses ini, bonding antar anggota keluarga pun meningkat. Karena kami di sini bekerja sebagai team yang selalu saling support dan saling mengingatkan jika salah satu dari kami mengalami regresi atau kemunduran dalam suatu pencapaian.
Pada dasarnya, anak-anak kami memang sudah terbiasa mandiri sejak mereka masih balita. Mandiri yang sesuai dengan tingkatan umur mereka tentunya. Mungkin salah satunya karena usia mereka yang berdekatan. Kembar yang jelas usianya sama, sedangkan adiknya hanya selisih usia 21 bulan saja. Jadi mereka terbiasa melakukan hampir semua aktivitas di rumah bersama-sama. Mereka sudah terbiasa saling bantu dan saling jaga. Kami memang selalu menekankan pada mereka bahwa kita adalah keluarga. Sebuah keluarga seharusnya saling menyayangi, membantu, mendukung, menjaga, dan hal positif lainnya.
Kami pun merasa belum menjadi orang tua yang sempurna. Kami masih terus belajar. Mencari berbagai referensi dan bahkan sempat mengikuti pelatihan parenting sampai ke negara tetangga demi bisa belajar jadi orang tua terbaik bagi anak-anak kami. Kadang kami pun coba-coba dari teori satu ke teori lain dan mempraktekkannya pada anak-anak kami. Tapi dari perjalanan itu, akhirnya kami kembali lagi pada value yang ingin kami tanamkan pada keluarga kami. Dan dari teori-teori parenting yang pernah kami coba itu, kami ambil hal-hal yang memang sesuai dengan value keluarga.
Tega, tegas, dan konsisten. Ketiga hal tersebut bisa dibilang paling menggambarkan proses yang kami jalankan. Sebuah proses pembentukan habit memang tidak bisa dilakukan hanya sekali dua kali, atau pun sesekali. Jika ya, maka sebisa mungkin seterusnya ya. Sebaliknya jika tidak, maka sebisa mungkin seterusnya tidak. Kalaupun ada situasi dan kondisi yang mengharuskan kita menggantinya, tentu itu harus bisa kita komunikasikan dengan baik pada seluruh anggota keluarga.
Yup, lagi-lagi komunikasi. Memang kunci utama hubungan yang baik adalah komunikasi. Bahkan sebagai seorang hamba pun, kita diperintahkan untuk terus menjaga komunikasi dengan Sang Pencipta, yaitu dengan cara beribadah dan berdo'a pada-Nya. Dan dalam keluarga, komunikasi ini menjadi hal yang mutlak harus selalu kita jaga. Segala permasalahan bisa timbul karena kurangnya komunikasi, pun sebaliknya ketika ada masalah, bisa kita selesaikan dengan komunikasi.
Berdiskusi memang sudah menjadi bagian dari rutinitas harian kami. Setiap kami membuat rules dan rencana kegiatan keluarga, kami jelaskan alasan dan tujuannya. Sehingga anak-anak tidak merasa terpaksa menjalankan, namun mereka justru bersemangat karena faham alasan dan tujuannya.
Kadang saat kesabaran mulai diuji, kami bisa sedikit keras menghadapi anak-anak. Tapi setelah itu, kami tidak segan untuk meminta maaf pada mereka. Menjelaskan mengapa kami berbuat seperti itu. Sehingga anak bisa menyadari kesalahannya tanpa merasa terpuruk dan terpojokkan.
Dari latihan kemandirian selama 2 pekan denga Athifa. Kami mendapat hasil yang di luar ekspektasi. Mungkin awalnya saya berpikir untuk tidak terlalu muluk-muluk menargetkan Athifa bisa mencapai level kemandirian tertentu. Tapi ternyata kebiasaan yang dilatih secara konsisten kini menunjukkan hasil yang luar biasa.
Contohnya dalam hal mengurus diri sendiri dan membantu pekerjaan rumah. Awalnya saya hanya menargetkan dia bisa minimal membersihkan diri (mandi dan cebok), merapikan tempat tidur, dan menyiapkan baju dan perlengkapan sekolah sendiri, serta membantu saya mengerjakan beberapa hal ringan di rumah, tapi masih harus saya ingatkan. Ternyata dia sekarang tidak hanya bisa mengerjakan semuanya sendiri tanpa perlu diingatkan lagi, namun juga berinisiatif membantu saya di beberapa pekerjaan rumah, termasuk jika melihat saya kerepotan akan sesuatu. Dan bonusnya, kedua abangnya jadi termotivasi melakukannya juga. Alhamdulillah...
Bersyukur sekali mendapat kesempatan belajar dan berlatih di kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional ini. Saya mendapat ilmu yang sangat banyak dari materi yang diberikan, juga dari pengalaman teman-teman di kelas. Banyak hal yang menginspirasi saya dari tulisan teman-teman. Bekal saya untuk meneruskan proses mencapai cita-cita mulia, yaitu menjadi orang tua terbaik bagi anak-anak saya. Aamiin...
#aliranrasa #gamelevel2 #tantangan10hari #melatihkemandirian #kuliahbundasayang #institutibuprofesional



No comments:
Post a Comment