Komunikasi Produktif dengan Anak
"Yes, another stars for us, boy!"
Makin semangat belajar, untuk kita yang lebih baik lagi. Insya Allah...
#hari14 #gamelevel1 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbundasayang #institutibuprofesional
Salah satu hal yang menjadi pelajaran berharga bagi saya dari suami adalah tentang meminta maaf. Saya yang dulu sangat keras kepala sulit sekali mengucapkan kata itu. Saat saya (dalam hati) mengakui kesalahan saya pun saya masih sulit untuk mengucapkannya. Apalagi saat saya merasa tidak bersalah. Alih-alih meminta maaf, saya malah berusaha untuk defense sebelum disalahkan. Padahal belum tentu juga orang lain akan menyalahkan saya.
Ternyata, hal itu menurun pada anak-anak, terutama Ghaifan. Akhir-akhir ini sempat beberapa kali ada insiden yang sebetulnya memang hanya sebuah accident. Tidak ada yang salah di sini. Tapi Ghaifan langsung berusaha membela diri dengan mengatakan bahwa itu bukan salahnya. Padahal tidak ada yang menyalahkan dia juga sebetulnya.
Saya berusaha mengingat-ingat, apa mungkin dulu pernah ada kejadian serupa dan saya terkesan menyalahkan dia. Mungkin saat itu dia memang salah, atau mungkin juga saat itu dia melakukan sesuatu yang tidak disengaja tapi saya mengingatkan dengan cara yang kurang tepat sehingga dia merasa terpojok. Saya pun merasa sedih dan bersalah. Beginilah kalau kurang ilmu, bisa salah dalam bertindak.
Pagi tadi di bus, Ghaifan dan Athifa bercanda sambil main dorong-dorongan tangan. Awalnya, sih, semua tertawa. Tapi beberapa saat kemudian, Athifa menangis kesakitan. Ternyata dia terdorong oleh Ghaifan yang jelas tenaganya lebih besar dari Athifa. Kuku Ghaifan tidak sengaja menggores dagu Athifa sampai sedikit luka.
Ghaifan langsung melihat ke arah saya dengan wajah yang seolah ingin berkata, "It's not my fault!" Berkaca dari pengalaman, saya pun langsung menahan diri untuk tidak berkomentar apa-apa dulu. Saya fokus menenangkan Athifa.
Setelah turun dari bus, saya mengajak anak-anak menepi dulu. Kebetulan memang kami sampai lebih awal jadi masih punya waktu sebelum pintu sekolah dibuka.
"Sini, bunda mau bicara sebentar," ajak saya pada anak-anak.
"Do we have time, Bunda?" tanya Ghaidan.
"Yes, we have enough time," jawab saya.
Saya lihat Ghaifan memasang wajah kesal karena kami harus berhenti dulu. Saya tahu, dia mulai merasa tidak enak, takut disalahkan.
"Ghaifan, sini sebentar, Sayang." Saya berusaha membujuknya agar mendekat. Dan dia pun perlahan bergerak mendekati saya.
"I didn't do anything...," ujar Ghaifan. Sesuai dugaan saya, dia langsung membela diri. Padahal saya sama sekali tidak menyalahkannya.
"Iya, bunda tau... Tadi Ghaifan kan gak sengaja, ya? Tadi lagi bercanda, terus Ghaifan gak sengaja tangannya terlalu kuat dorong Athifa. Iya, kan?" Saya berusaha bicara setenang mungkin dan hati-hati agar jangan sampai membuatnya terpojok.
"Yes... It was an accident. I didn't mean to push Athifa like that," jelas Ghaifan.
"Ok, bunda ngerti. Bunda tau Ghaifan gak sengaja." Saya usap kepala Ghaifan.
"Tuh, Athifa denger, kan? Abang Ghaifan gak sengaja."
Athifa mengangguk, tapi masih sedikit terisak.
"Ghaifan, do you want to say sorry to Athifa?"
"Mmh... Why do i have to say sorry?"
"Iya, bunda tau Ghaifan gak salah. Tapi ada orang lain yang sakit karena kita. Walaupun kita gak sengaja, tapi kalau kita bilang maaf, itu lebih baik. Orang yang sakit itu jadi happy karena kita perhatian sama dia."
"Ok, then... I want to say sorry to Athifa."
"Good! Ghaifan anak shalih, mau minta maaf dan bikin orang lain happy."
Dan Ghaifan pun mau minta maaf sambil mengulurkan tangannya. Athifa menyambutnya dan mengangguk tanda dia memaafkan. Seketika Athifa pun berhenti menangis. Wajahnya jadi lebih ceria.
Itulah salah satu pelajaran yang saya dapat dari suami dan berusaha saya teruskan pada anak-anak. Meminta maaf meskipun kita merasa tidak bersalah, tidak membuat kita menjadi terhina. Pun memaafkan orang lain, bahkan jika kesalahannya sangat besar pada kita sekalipun, tidak membuat kita menjadi lemah dan merugi.
...dan hendaklah mereka memafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS An Nur 24:22)
Dan jika kamu memaafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka) maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang. (QS At Taghabun 64:14)
Tidaklah sedekah itu akan mengurangi harta dan tidaklah seseorang yang memaafkan kezhaliman orang lain kecuali Allah akan menambahkan baginya kemuliaan dan ia tidak akan dirugikan. (HR Ahmad)
"Yes, another stars for us, boy!"
Makin semangat belajar, untuk kita yang lebih baik lagi. Insya Allah...
#hari14 #gamelevel1 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbundasayang #institutibuprofesional



No comments:
Post a Comment