Komunikasi Produktif dengan Pasangan
"Happy birthday, Ayah!!" sambut kami saat beliau masuk ruang tengah.
Hari ini adalah hari untuk ayah. Beliau yang bisa menjadi sangat tegas di saat yang seharusnya, namun bisa menjadi sangat menyenangkan dan selalu bisa masuk ke dunia anak-anak. Beliau yang selalu menularkan sugesti positif yang sering tidak bisa saya beri pada anak-anak karena terlalu banyak kekhawatiran. Beliau yang selalu memotivasi saya, bahwa saya bisa melakukan sesuatu dengan baik. Tidak bosan membesarkan hati saat saya gagal dan kecewa, menumbuhkan lagi percaya diri saya saat saya mencoba bangkit. Tidak pernah ragu meminta maaf bahkan jika saya yang salah. Dan tidak bosan berterima kasih, meskipun saya yang banyak menerima.
Hari keempat tidak jauh berbeda dengan hari sebelumnya. Keceriaan mewarnai kebersamaan kami di akhir pekan. Tidak ada lagi nikmat-Nya yang pantas kami dustakan. Alhamdulillah...
Sepagian anak-anak sibuk, kasak-kusuk di kamarnya menyiapkan kejutan untuk sang ayah yang hari ini berulang tahun. Saya hanya mengawasi sambil sesekali membantu mereka. Tapi mulai dari membuat karya, menyusun rencana "acara" pemberian kejutan, sampai memilih kostum, semua adalah ide dari si bungsu A. Abang G1 dan G2 membantu membuat karya yang akan jadi hadiah ultah buat ayah.
"Bunda, please don't let ayah go to our room, ok?!" pinta A pada saya.
"Ok!" Saya mengiyakan.
Hari ini tugas saya adalah mengawasi sang ayah agar jangan sampai kepo. Hahaha... Tentu saja kami tertawa geli melihat kerempongan anak-anak hari ini. Apalagi melihat tingkah laku si kecil A yang jadi tambah ngegemesin.
"Bunda, did you make a cake for ayah?" bisik abang G1.
"Ups, i forgot," jawab saya.
"Then we should buy one," usul abang G2.
"Hmm...that's a good idea! So, i'm going to 'Spar' at Hauptbahnhof now."
"Why don't you go to 'Spar' near our Wohnung?" tanya abang G2.
"Did you forget that today is Sunday? Only 'Spar' at Hbf is open," jelas saya.
Begitulah. Hari Minggu di Austria memang waktunya berkumpul bersama keluarga. Bahkan supermarket dan toko-toko pun tutup. Mall sudah pasti tutup juga, tapi sebagian besar restauran dan cafe tetap buka. Satu-satunya supermarket yang tetap buka adalah di Hauptbahnhof (stasiun kereta utama), yang kebetulan tidak jauh dari tempat tinggal kami.
Awalnya hanya saya dan si kecil A yang mau pergi, tapi akhirnya semuanya, termasuk suami, ikut pergi juga.
"Ayah, you're not allowed to join us. Please stay home," protes si kecil.
"But i don't want to be alone at home," rengek ayah (sok) manja. Hihihi...
Akhirnya ayah diizinkan ikut, dengan syarat saat bunda mengambil cake nanti, beliau tidak boleh ngintip. Hahahaha...
***
Rangkaian acara ulang tahun sang ayah diawali makan siang bersama. Kebetulan saya sudah selesai masak sebelum berangkat ke supermarket tadi. Jadi saat sampai rumah, saya sudah bisa tenang menghadapi perut-perut yang menjerit meminta haknya 😁
Selepas makan siang, ayah dipersilakan menunggu di kamarnya sebentar. Sementara itu saya menyiapkan cake dan anak-anak menyembunyikan hadiah untuk ayah di beberapa spot. Tak lupa si kecil memakai dress cantik lengkap dengan bando bunga-bunga yang tak kalah cantiknya. Setelah semua siap, ayah dipanggil dan diajak ke ruang tengah.
"Happy birthday, Ayah!!" sambut kami saat beliau masuk ruang tengah.
Ayah menunjukkan wajah terkejut, termasuk saat melihat cake yang sudah saya taruh di meja. Wajahnya terlihat bahagia dan surprised, walaupun sebetulnya beliau sudah lihat cake itu waktu saya bayar di kasir.
Acara inti pun dimulai. Anak-anak sudah menyiapkan penutup mata untuk dipakaikan ke ayahnya. Ayah dituntun anak-anak mencari "harta karun" yang tersembunyi di beberapa spot.
![]() |
| Ayah sedang dipakaikan penutup mata oleh abang G2. |
![]() |
| Hadiah ayah sekeranjang 😄 |
![]() |
| Salah satu hadiah karya abang G1 untuk ayah. Mirip? |
Well, begitulah cerita keceriaan keluarga kami hari ini. Lalu terkait materi komunikasi produktif, apa yang saya pelajari hari ini? Banyak!
Sejujurnya, mengenai komunikasi ini, saya banyak belajar dari suami. Saya yang dulu amat sangat tertutup, bahkan pada suami pun belum mau terbuka, bisa belajar dan akhirnya memahami pentingnya komunikasi yang baik dengan pasangan. Saya yang dulu bahkan mengatakan maaf dan terima kasih pun sangat sulit, akhirnya menjadi tau, bahwa kata-kata tersebut adalah kata-kata luar biasa yang bisa membuat hubungan kita dengan orang lain terjalin dengan baik. Sederhana namun mengena di hati.
Komunikasi pada anak, tidak diragukan lagi. Bisa dilihat dari wajah anak-anak setiap kali menghabiskan waktu bersama ayahnya. Senyum mereka sangat lebar. Tertawanya lepas. Dan tidak jarang mereka rela menunggu ayahnya pulang demi bisa bermain board games bersama ayah. Karena kalau main sama bundanya gak seru 😅
So, untuk tantangan KomProd dengan pasangan, sepertinya 5 hari sudah cukup. Hehehe... Awalnya saya berencana melakukan tantangan ini sampai 10 hari, tapi di hari ke-6 sekaliagus mulai tantangan KomProd dengan anak. Namun melihat progress yang Alhamdulillah semakin baik, insya Allah besok hari terakhir tantangan dengan suami, selanjutnya kita mulai tantangan dengan anak. Yeayyy!!
![]() | |
|
Terima kasih, suamiku. Terima kasih sudah menjadi ayah yang baik. Terima kasih sudah menjadi suami yang luar biasa. Terima kasih untuk menjadi dirimu.
Selamat Ulang Tahun... Baarakallahu fii umrik ❤
#hari4 #gamelevel1 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbundasayang #institutibuprofesional






No comments:
Post a Comment