Meningkatkan Kecerdasan Anak
Pekan ini merupakan pekan kedua terakhir sebelum libur musim panas sekaligus kenaikan kelas sekolah-sekolah di kota Graz. Kebanyakan sekolah mengadakan wisata bagi para siswa. Untuk siswa kelas 1 dan 2 biasanya wisata ke tempat yang tidak terlalu jauh dari kota Graz, sedangkan untuk siswa kelas 3 dan 4 bisa sampai ke luar kota.
Kemarin kelas Athifa dan si kembar berwisata ke Tierpark Herberstein, yaitu salah satu kebun binatang yang terletak sekitar 30 menit dari kota Graz. Mereka pergi menggunakan bus wisata yang disediakan oleh sekolah.
Pagi hari sebelum berangkat, tiba-tiba Athifa menghampiri saya sambil mengacungkan tas kecil miliknya. Tas itu berisi koin-koin yang selama ini dia kumpulkan. Awalnya sih koin-koin itu dia pakai untuk main-main saja saat bermain peran di rumah. Sudah lama tas itu tergantung di kamar, tidak pernah dia mainkan lagi.
"Athifa mau pakai tas itu?" tanya saya.
"Can i?" Athifa balik bertanya.
"Boleh. Tapi itu ada uangnya, ya? Mau dibawa juga?" tanya saya lagi.
"Yes. Because Ghaidan and Ghaifan said, last year when they went to Ausflug (excursion), everyone bought ice cream."
"Emangnya ada berapa itu uangnya?"
"I'm going to count." Lalu Athifa pun mulai menghitung koin-koin itu dibantu oleh kedua abangnya.
Tidak banyak total nilai dari koin-koin di tas Athifa itu karena memang kebanyakan merupakan pecahan 10 - 20 sen, beberapa pecahan 1, 2, dan 5 sen, dan sedikit pecahan 50 sen. Itu memang uang kembalian saat saya berbelanja.
Saya menemukan beberapa koin pecahan 20 dan 50 sen di atas meja. Saya berikan pada anak-anak yang sedang asyik menghitung. Mereka pun bersorak. Belum sempat saya tanyakan berapa pastinya jumlah koin-koin itu. Kami harus segera berangkat.
Sampai di sekolah, ternyata kami masih harus menunggu bus yang terlambat datang. Anak-anak lain menunggu sambil bermain di play ground halaman sekolah. Saya ngobrol sebentar dengan Betreuerin lalu tersedar bahwa anak-anak saya tidak ada di antara kerumunan anak lainnya.
Saya cari-cari mereka. Ternyata mereka berada di halaman belakang tempat bermain bola. Saya dekati mereka. Oh, rupanya mereka sedang mengamati kawanan semut.
"Hati-hati! Jangan diinjak semutnya!" seru saya mengingatkan mereka.
"I know, Bunda. So that's why i move really slowly so i won't step on them," jawab Athifa.
"Oh, the bus is coming! Let's go!" Ghaifan mengingatkan.
Mereka pun berbaris rapi sebelum naik ke dalam bus. Saya panggil Ghaidan sebentar. Setelah saya renungkan, sekarang mereka sudah waktunya belajar mengelola uang sendiri. Selain itu, saya pun khawatir mereka sedih karena tidak bisa membeli es krim seperti teman-temannya. Dan seingat saya, uang yang ada di tas Athifa tidak cukup untuk membeli es krim untuk 3 orang.
"Ghaidan, last year, teman-teman Ghaidan semua beli es krim?" tanya saya.
"Yes, only Ghaifan and me didn't buy any, because we didn't bring money," jawabnya sedikit sedih. Tahun lalu saya memang tidak membekali mereka uang.
"Ok, ini bunda kasih uang, tapi cuma boleh dipakai kalau betul-betul perlu aja ya." Saya pun memasukkan uang 10 euro ke dalam dompet kecil dan memasukkannya ke dalam tas Ghaidan, disaksikan oleh Ghaidan dan Ghaifan juga Athifa.
Saya ingatkan lagi bahwa mereka harus berpikir dulu apakah benar-benar perlu untuk membelanjakan uangnya atau tidak. Jangan membeli yang tidak perlu, seperti mainan dan sejenisnya. Mereka pun setuju.
Sore harinya saya sudah menunggu di depan gerbang sekolah untuk menjemput anak-anak. Saya tidak sabar ingin mendengar keseruan mereka, terutama Athifa, menceritakan pengalaman wisata ke kebun binatang bersama teman-temannya. Dan saya juga tentunya penasaran akan cerita uang bekal mereka itu 😄
Setelah turun dari bus, semua anak berkumpul di halaman sekolah. Sebagian sudah ditunggu orang tuanya. Sebagian lainnya masih belum dijemput sehingga mereka bisa bermain dulu di play ground. Athifa berlari menuju bangku taman. Dia langsung membuka tas kecilnya dan mengeluarkan semua koin yang ada di dalamnya. Rupanya dia pun penasaran ada berapa uang yang tersisa (yang sebetulnya justru bertambah karena sisa dari 10 euro yang saya berikan dimasukkan ke situ, hahaha) di tasnya itu.
"Wahh ... uangnya kok jadi banyak? itu kok jadi ada koin dua euro juga?" tanya saya menyelidik.
"Because Ghaidan gave me some coins from the ice cream store," jawab Athifa.
"Ohh ... jadi tadi uang kembaliannya dimasukkan ke situ?" Saya masih menyelidiki.
"Yes, Bunda. I gave them to Athifa," jawab Ghaidan yang ternyata juga ikut memperhatikan Athifa yang serius menghitung uangnya.
"Jadi ada berapa tadi kembaliannya?" tanya saya lagi.
"Owh, sorry, i didn't count," jawab Ghaidan dengan nada khawatir.
"Harga es krimnya berapaan tadi?"
"I didn't know...." Ghaidan tampak merasa bersalah.
"Ya udah gak apa-apa. Lain kali coba lihat harganya sebelum beli sesuatu, ya. Jadi kita tahu uangnya cukup atau nggak. Terus kita juga harus cek uang kembaliannya betul atau nggak."
Belajar pelan-pelan, insya Allah nanti bisa lebih mahir mengelola keuangan 😊
***
Sore harinya saya sudah menunggu di depan gerbang sekolah untuk menjemput anak-anak. Saya tidak sabar ingin mendengar keseruan mereka, terutama Athifa, menceritakan pengalaman wisata ke kebun binatang bersama teman-temannya. Dan saya juga tentunya penasaran akan cerita uang bekal mereka itu 😄
Setelah turun dari bus, semua anak berkumpul di halaman sekolah. Sebagian sudah ditunggu orang tuanya. Sebagian lainnya masih belum dijemput sehingga mereka bisa bermain dulu di play ground. Athifa berlari menuju bangku taman. Dia langsung membuka tas kecilnya dan mengeluarkan semua koin yang ada di dalamnya. Rupanya dia pun penasaran ada berapa uang yang tersisa (yang sebetulnya justru bertambah karena sisa dari 10 euro yang saya berikan dimasukkan ke situ, hahaha) di tasnya itu.
"Wahh ... uangnya kok jadi banyak? itu kok jadi ada koin dua euro juga?" tanya saya menyelidik.
"Because Ghaidan gave me some coins from the ice cream store," jawab Athifa.
"Ohh ... jadi tadi uang kembaliannya dimasukkan ke situ?" Saya masih menyelidiki.
"Yes, Bunda. I gave them to Athifa," jawab Ghaidan yang ternyata juga ikut memperhatikan Athifa yang serius menghitung uangnya.
"Jadi ada berapa tadi kembaliannya?" tanya saya lagi.
"Owh, sorry, i didn't count," jawab Ghaidan dengan nada khawatir.
"Harga es krimnya berapaan tadi?"
"I didn't know...." Ghaidan tampak merasa bersalah.
"Ya udah gak apa-apa. Lain kali coba lihat harganya sebelum beli sesuatu, ya. Jadi kita tahu uangnya cukup atau nggak. Terus kita juga harus cek uang kembaliannya betul atau nggak."
Belajar pelan-pelan, insya Allah nanti bisa lebih mahir mengelola keuangan 😊
#hari12 #gamelevel3 #tantangan10hari #familyproject #myfamilymyteam #kuliahbundasayang #institutibuprofesional









No comments:
Post a Comment