Melatih Kemandirian Anak
"Bunda, we haven't wrapped the gift yet!"
Kehebohan di pagi hari diawali oleh Ghaifan yang panik karena belum membungkus kado untuk temannya yang berulang tahun kemarin. Sebuah mainan yang sudah kami beli 2 hari sebelumnya, terlupakan belum sempat saya sentuh lagi.
Akhirnya sambil berusaha tidak panik, dibungkuslah kado itu. Tidak lupa saya menyiapkan paper bag untuk mengantongi kado tersebut. Rencananya Ghaidan dan Ghaifan akan ikut langsung ke rumah temannya yang berulang tahun ini setelah jam pelajaran sekolah berakhir. Saya hanya diminta menjemput mereka di sore hari jam 18.00 di rumah anak tersebut.
Selagi membungkus kado, saya meminta anak-anak bersiap-siap. Semua sudah bisa menyiapkan kebutuhannya di pagi hari. Baju dan perlengkapan sekolah sudah bisa mereka siapkan sendiri. Termasuh bekal makan yang sudah saya letakkan di meja makan, mereka susun ke dalam kotak bekal dan masukkan ke tas masing-masing.
Saat di perjalanan menuju ke sekolah, masih ada sedikit rengekan dari Athifa yang tidak bisa ikut ke acara ulang tahun teman abangnya itu. Tapi saya berusaha mengingatkan lagi bahwa dia harus mulai belajar lepas dari bayang-bayang kedua abangnya. Biarkan mereka bermain bersama teman-teman sekelasnya saja kali ini.
Athifa berusaha menghibur diri dengan menceritakan pada saya bahwa hari itu dia akan bermain bersama teman-temannya di Nachmittagsbetreuung. Dia cerita panjang lebar dengan detil apa saja permainan yang akan dimainkannya.
Sampai di sekolah saya mengantar anak-anak sampai Garderobe karena saya membantu mereka membawakan kado yang ukurannya cukup besar. Kado itu saya gantungkan di tempat Ghaidan menggantung jaketnya. Setelah itu baru saya melepas anak-anak naik ke atas menuju kelas mereka.
Sepertinya sih, sudah tidak ada masalah lagi. Saya lihat Athifa sudah kembali ceria saat bertemu teman-temannya di sekolah tadi. Saya pun merasa lebih tenang.
Karena saya harus menjemput Ghaidan dan Ghaifan jam 18.00 maka saya sengaja menjemput Athifa di sekolah lebih sore. Jam 17.00 saya tiba di sekolah. Ternyata dia adalah yang terakhir dijemput.
Saat melihat saya, Athifa langsung berlari menghampiri dan memeluk saya. Wajahnya antara senang karena puas bermain tapi juga sedih karena (mungkin) merasa ada yang hilang 😄
Tanpa perlu negosiasi, Athifa langsung mau diajak pulang. Saya bilang padanya kalau kami harus menjemput abang kembar ke rumah temannya yang berulang tahun. Dan akhirnya saat di perjalanan, dia buka mulut mengungkapkan kegelisahannya 😁
"Bunda, aku masih puasa," katanya.
"Wah, hebat!" seru saya antusias.
"But... Abang gak puasa...."
Aha! Ternyata itu yang dipikirkannya dari tadi. Ada sedikit kecemburuan karena kedua abangnya hari itu diizinkan oleh saya dan suami untuk tidak berpuasa karena menghadiri acara ulang tahun temannya.
"Did abang eat cake at the party?" tanya Athifa lagi.
"Gak tau. Mungkin iya," jawab saya lempeng 😁
"I also want to eat cake. Do you think i'm gonna get some cake? Because i also got some cake for abang last time at Hannah birth day when abang couldn't come."
Ooh... Rupanya dia masih ingat kejadian beberapa bulan lalu. Saat itu ketiganya diundang oleh salah seorang teman si kembar ke acara ulang tahunnya. Tapi sayangnya saat itu si kembar ada kursus ski jadi hanya Athifa yang bisa datang. Waktu itu memang ibu dari teman yang berulang tahun itu memberikan cake untuk si kembar. Jadi Athifa berharap dia pun akan bernasib sama. Hihihi...
"Bunda gak tau nanti ada cake atau nggak. Athifa mau makan cake, ya? Gimana kalau kita beli aja sekarang?" bujuk saya.
"Mmh... Maybe i don't want any cake. Can i change into donut?" rayunya.
"Ok. Sekalian buat buka puasa nanti ya donutnya?"
"Yeaayyy!!" Athifa tampak kegirangan.
Akhirnya kami mampir ke toko donut. Athifa memilihkan untuk abangnya juga. Masing-masing saya beri jatah 2 donut. Setelah itu kami menuju halte tram untuk menjemput abang kembar. Athifa terlihat lelah. Mungkin tadi di sekolah memang dia bermain dengan sepenuh hati, supaya tidak ingat abangnya terus.
![]() |
| Saat menunggu tram di halte, sudah ngantuk 😃 |
Saat di tram, Athifa bilang capek. Dia minta izin untuk tidur. Saya pun mengizinkan. Tapi saya ingatkan dulu, kalau nanti sudah sampai, akan saya bangunkan. Jadi harus siap kalau nanti tidurnya terpotong karena perjalanan memang tidak terlalu jauh. Dan dia pun setuju.
![]() |
| Ketiduran di tram 😊 |
Sampai di tempat tujuan, saya bangunkan Athifa. Alhamdulillah dia tidak rewel. Ingat dengan kesepakatan tadi sebelum tidur. Lalu kami pun berjalan menuju rumah teman abang kembar.
Sampai di sana, kami disambut oleh ibu dari teman abang. Kami dipersilakan masuk. Dan saat itu kebetulan anak-anak di sana sedang makan. Oow...
Si ibu menawarkan makanan pada Athifa. Seketika Athifa melirik saya dengan wajah memelas dan bingung. Saya pun tersenyum sambil mengangguk tanda mengiyakan. Ok, situasi yang sangat sulit baginya. Saya izinkan dia membatalkan puasanya hari ini.
![]() |
| Akhirnya kebagian cake 😅 |
Selesai makan, kami pun berpamitan. Waktu sudah semakin sore. Saya belum sempat shalat Ashar. Saya pun mengajak anak-anak untuk jalan cepat-cepat.
Sampai di rumah, masih ada waktu sekitar 1 jam lebih menuju Maghrib. Saya pun mengajak anak-anak shalat Ashar.
Setelah shalat, kami berdiskusi sedikit. Mengapa tadi mereka saya izinkan untuk membatalkan puasanya. Saya jelaskan bahwa situasinya tadi cukup kurang mendukung untuk mereka berpuasa. Kalau mereka menolak makan dan minum di acara ulang tahun tadi, tentu tuan rumah dan terutama teman yang berulang tahun tadi akan merasa sangat sedih. Dan yang utamanya adalah karena mereka masih belajar. Kelak saat mereka sudah dewasa, tentu harus bisa manghindari situasi sulit seperti itu.
Lalu mereka bertanya, apakah mereka masih bisa mendapat point (pahala) jika mereka tidak puasa. Saya jelaskan bahwa mereka bisa melakukan ibadah yang lain dengan lebih baik. Dan menambah perbuatan baik lainnya. Jadi kita seperti mengganti kebaikan dengan kebaikan yang lain. Tapi ibadah yang wajib tetap harus dilakukan. Tidak bisa diganti dengan kebaikan yang lain.
Mendengar penjelasan saya, mereka langsung mengambil buku Iqra dan berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama membacanya. Dengan semangat, mereka membaca lebih banyak dari hari biasanya. Bahkan setelah itu mereka berlomba-lomba untuk membantu saya menyiapkan hidangan berbuka. Alhamdulillah... Semoga semangat beribadah dan berbuat baik ini akan terus meningkat hingga dewasa nanti, ya. Aamiin...
#hari14 #gamelevel2 #tantangan10hari #melatihkemandirian #kuliahbundasayang #institutibuprofesional






No comments:
Post a Comment