Monday, April 29, 2019

# Family # Game Level 2

Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak - Hari 3 - "Kalau sudah besar, aku juga mau coba!"

Melatih Kemandirian Anak

Akhir pekan adalah family time bagi kami. Biasanya kami melakukan aktivitas bersama. Tidak harus sesuatu yang khusus, bahkan kadang (hanya) tidur siang umpel-umpelan di kasur berlima sudah jadi salah satu moment yang spesial buat kami.

Tapi kebetulan akhir pekan kemarin sedang ada festival musim semi di kota Graz. Festival tahunan yang diselenggarakan setiap musim semi dan musim  gugur ini memang jadi hiburan tersendiri bagi warga kota ini. Bentuknya seperti pasar malam di Indonesia, hanya mungkin wahananya sedikit lebih canggih dari pasar malam biasa. Hampir sama dengan wahana yang ada di Wiener Prater, sebuah theme park yang ada di ibu kota Austria itu.

Akhirnya kami sepakat untuk pergi ke sana. Namun sebelum berangkat, seperti biasa kami membuat kesepakatan dulu. Masing-masing anak boleh menaiki maksimal 3 wahana yang ada. Dan semua sepakat.

Kenapa kami batasi? Karena walaupun tiket masuk ke area festival ini gratis, tapi kita harus membeli tiket untuk masing-masing wahana. Dan harga tiketnya lumayan mahal juga. Masing-masing wahana mematok harga tiket 3-4 euro per orang.

Tiba di lokasi, kami berkeliling dulu untuk melihat wahana apa saja yang tersedia di festival kali ini. Ya, walaupun ini festival tahunan dan hampir semua wahana yang ada biasanya itu-itu saja, tapi kadang ada wahana yang justru tidak ada atau sebaliknya baru ada.

Setelah berkeliling, rupanya abang kembar tertarik mencoba roller coaster. Ternyata mereka sudah mulai ingin mencoba wahana yang lebih ekstrim. Komedi putar sudah bukan level mereka lagi. Hihi... 

Abang kembar sedang naik roller coaster

Saat kami hendak membeli tiket, kami melihat ada batasan tinggi badan minimal untuk bisa menaiki wahana ini, yaitu 130 cm. Abang kembar memang sudah memenuhi syarat tinggi badan, tapi Athifa belum.

Athifa masih penasaran apakah tinggi badannya sudah mencapai 130 cm atau belum. Dia pun meminta saya melihat di papan pengukur tinggi badan yang sudah disediakan. Papannya didesain dengan unik, seperti tempat untuk berfoto. Dan Athifa sangat bersemangat mencobanya. Selain karena dia memang penasaran dengan tinggi badannya, dia memang ingin berfoto dengan pakaian astronot seperti di gambar papan tersebut 

Saat saya foto, kakinya ternyata jinjit. Makanya kepalanya bisa pas berada di lubang tempat kepala astronot pada gambar. Hahaha...

Berfoto di papan pengukur tinggi badan

Athifa pun menyadari bahwa tingginya memang belum memenuhi syarat. Dengan sedikit kecewa dia akhirnya menerima untuk tidak ikut kedua abangnya manaiki wahana yang sama kali ini.

"Bunda...," panggilnya sambil menarik tangan saya.

"Iya, sayang?" jawab saya.

"Kalau sudah besar, aku juga mau coba!" katanya dengan tegas.

"Oh, iya boleh. Athifa berani, ya?" tanya saya memastikan.

"Aku berani!" jawabnya lagi mantap.

Setelah kedua abangnya selesai, giliran Athifa yang memilih wahana yang dia suka. Dan ternyata pilihannya jatuh pada trampolin. Ini pertama kalinya dia mau mencoba wahana tersebut. Sebelumnya dia masih belum berani. Anak ini memang kadang masih takut-takut manja gitu, deh, sama ketinggian.

Tapi ternyata dia memang berani kali ini. Bahkan wajahnya terlihat bahagia sekali saat berada di ketinggian. Ya ... memang, sih, gak tinggi-tinggi banget. Tapi buat Athifa ini adalah sebuah prestasi 😎

Wajah sumringah saat main trampolin

Setelah itu kami menuju pada (jatah) wahana kedua. Kali ini kami memilih wahana yang bisa dinaiki sekeluarga. Kami menaiki sebuah kapal mini dengan fasilitas 5D. Di sini kami menonton sebuah video yang sebelumnya kami pilih terlebih dahulu, lalu kami dipinjamkan kacamata 3D. Jadi kami seolah-olah masuk ke dalam video tersebut, menjadi mainan yang mengendarai mobil balap, karena video yang dipilih oleh anak-anak bertema mainan. Saya lupa tidak memoto wahana ini 😅

Sesuai kesepakatan, masih ada 1 wahana lagi yang boleh mereka naiki. Dan pilihan jatuh pada bom bom car. Tapi kami punya sedikit masalah. Anak-anak tidak boleh mengendarai mobilnya sendiri, harus didampingi orang tua. Biasanya kami pergi ke festival ini bersama beberapa teman jadi anak-anak bisa "dititipkan" ke teman untuk ikut naik mobilnya. Tapi kali ini kami pergi hanya sekeluarga.

Setelah berdiskusi, akhirnya anak-anak sepakat untuk merelakan jatah 1 wahana mereka. Kami memilih pulang.

"Lain kali kita coba ajak yang lain, ya," kata saya sambil mengusap kepala Athifa.

"Ok, Bunda," jawabnya santay. Sama sekali tidak rewel.

Makan malam spesial sebagai hadiah untuk anak-anak hebat

Alhamdulillah... Saya bersyukur anak-anak bisa tertib dan mengikuti rule yang sudah disepakati. Mereka juga belajar menerima keadaan, tidak memaksakan keinginan yang tidak bisa terwujud karena kondisi yang kurang ideal.

Sebagai reward saya buatkan makan malam spesial untuk keluarga. Kebetulan beberapa hari ini cuaca cenderung kurang bersahabat. Suhu kembali turun dan berangin. Memang nikmat dingin-dingin begini makan bakso hangat, apalagi makannya bersama orang-orang tercinta ❤



#hari3   #gamelevel2   #tantangan10hari   #melatihkemandirian #kuliahbundasayang     #institutibuprofesional

No comments:

Post a Comment